Mallioboro Dan Kota Sejarah Yogyakarta Meski Ramai Tetap Rapi, Bersih Serta Bersahabat

Dilihat 0 kali

YOGYAKARTA - Siapa yang tidak kenal Kota Yogyakarta ? Sudah tentu hampir semua tahu tentang kota satu ini yaitu Kota Pariwisata karena  bayak tempat wisatanya juga disebut kota Pelajar karena memiliki Perguruan Tinggi yang tertua terkenal dan tersohor yaitu *UGM* Universitas Gajah Mada serta disebut Kota DIY( Daerah Istimewa Yogyakarta) kota sejarah karena pernah menjadi Ibukota Negara Indonesia, Kota Yogyakarta sampai saat ini masih memiliki keraton maka diberi keistimewaan oleh pemerintah.

Nama kawasan *Malioboro* asal mulanya berasal dari 'Maliabara', dikutip dari unggahan instagram @kominfodiy. Bersumber dari buku profil Yogyakarta City of Philosophy terbitan Dinas Kebudayaan Istimewa Yogyakarta (DIY), 'Malia' sendiri artinya wali, sedangkan 'Bara" yakni ngumbara atau menggembara.

Malioboro lokasinya berada di jantung kota amatlah strategis, Malioboro juga semakin populer berkat cerita sejarah dan mitos yang menyertainya. Kawasan jalan ini sering dikaitkan dengan tiga tempat yang paling sakral di Jogja, yakni :

 1).Gunung Merapi, 

2).Pantai Selatan, 

3).Keraton Yogyakarta.

Penamaan Malioboro berasal dari nama seorang anggota kolonial Inggris yang dahulu pernah menduduki Jogja pada tahun 1811 - 1816 M yang bernama Marlborough Kolonial Hindia Belanda membangun Malioboro di pusat kota Yogyakarta pada abad ke-19 sebagai pusat aktivitas pemerintahan dan perekonomian.

Dikutip dari Wikipedia tetang Jalan Malioboro,

Pada tanggal 20 Des. 2013,  pukul 10.30 wib. oleh Sri 

Sultan Hamengkubuwono  X  

Nama dua ruas jalan Malioboro dikembalikan ke nama aslinya, Jalan Pangeran Mangkubumi menjadi jalan Margo Utomo, dan Jalan Jenderal Achmad Yani menjadi jalan Margo Mulyo.

Terdapat beberapa objek bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg, dan Monumen Serangan Umum 1 Maret.

Jalan Malioboro sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas Jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan gudeg Jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para seniman yang sering mengekspresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim, dan lain-lain di sepanjang jalan.

Saat ini, Jalan Malioboro tampak lebih lebar karena tempat parkir yang ada di pinggir jalan sudah dipindahkan ke kawasan parkir Abu Bakar Ali dan menjadikan Jalan Malioboro sebagai Jalan Semi Pedestrian.

Kawasan Malioboro juga merupakan Ikon Kota Yogyakarta yang tadinya kota dengan kehidupan 24 jam, saat ini mengalami penurunan pengunjung di karenakan Pandemi Covid19. Namun demikian sekarang para pengunjung juga terap mematuhi Protokol Kesehatan.

Saat ini jalan Malioboro setiap hari Sabtu - Minggu di tutup mulai pkl.18.00 s/d pkl. 21.00 wib. untuk mobil dan kendaraan bermotor, jadi hanya khusus untuk para pejalan kaki. (Syarif AR)

Comments

Not using Html Comment Box  yet?

No one has commented yet. Be the first!

rss

@Redaksi Jawatimurnews

Sumber : JTN Media Network

 THE GREEN NEWS JTN
Previous Post Next Post

Contact Form

Jelang Libur Panjang, BRI Finance Tawarkan Solusi Finansial Cerdas | BRI-MI Gelar Strategic Partner Gathering 2025, Perkuat Sinergi dengan Mitra Kunci | Srikandi PLN Indonesia Power UBP Jatigede, “Menerangi” Kelistrikan di Indonesia dengan Kontribusi Nyata | Dinamika dan Potensi brand Lokal dalam Mengimplementasi Prinsip ESG | Kenapa Beauty World Pilihan Tepat untuk Belanja Produk Kecantikan? | Peran Penting Penyedia Solusi Audio-Visual untuk Kesuksesan Korporat | Warga terdampak proyek Tol Kerked Terkatung Katung Proses Ganti Ruginya . | Wujudkan Dekarbonisasi, Pelindo Solusi Logistik Tanam Mangrove dan Penghijauan | Tokocrypto Perkuat Layanan VIP & Institusional di Tengah Pertumbuhan Investor | IMI Luncurkan ‘IStRI’. Teknologi Nanobubble Harapan Baru Rehabilitasi Stroke | mas tamvan