JTN  UPDATE: Kamis 8 Mei 2025 08:39:18 AM

Turpepel Dan Yakis : Hari Anti Korupsi

Dilihat 107 kali

  

ARTIKEL

TURPEPEL: Hari ini hari anti korupsi. Mengapa tikus selalu korupsi?

YAKIS: Karena tikus tidak punya rasa haru!

TURPEPEL: Mengapa tikus tidak punya rasa haru?

YAKIS: Karena tikus tidak pernah baca puisi dan karya-karya sastra pada umumnya!

TURPEPEL: Apa hubungannya?

YAKIS: Hubungannya intim sekali.  Sastra itu tak sekadar olah kata dan olah bahasa tetapi juga olah rasa, olah nurani, olah budi. Pada sastra ada latihan spiritual tiada henti.

TURPEPEL: Jadi, solusinya apa?

YAKIS: Hidupkan semua sendi kebudayaan yang luhur, nilai-nilai kearifan itu.

TURPEPEL: Apakah itu efektif?

YAKIS: Efektif, efisien, kuantitas, kualitas, pertumbuhan, semua itu tergantung pakai kacamata yang mana?

TURPEPEL: Kalau menurut kaca mata kebudayaan, bagaimana?

YAKIS: Kita ini bangsa agraris.  Budaya kita ya agraris, sastra kita juga agraris. Sudah lupa ya?  

TURPEPEL: Konkritnya bagaimana?

YAKIS: Kita sudah biasa menanam biji kecil, merawatnya dengan sayang, sampai tiba masa panen.  Ada panen dalam umur pendek, dan ada panen dalam umur panjang. Bahkan, terkadang kita yang tanam, cucu yang panen.  Itu sudah biasa sebagai orang agraris.

TURPEPEL: Pembicaraan kita makin melebar, tidak fokus.  Bukankah ini sudah out of the track!

YAKIS: Tentu tidak.  Kita masih on the track.  Tikus-tikus koruptor itu tidak punya jiwa agraris lagi.  Mereka ingin tanam hari ini langsung panen hari ini.   Sedangkan tauge, kacang tumbuh itu, butuh tiga hari untuk panen.  Tikus-tikus tidak punya kesabaran untuk mengumpulkan sedikit-sedikit.  Ingin cepat kaya, ingin cepat jaya, akhirnya malah payah.  

TURPEPEL: Jadi, apa yang harus kita lakukan di hari anti korupsi ini?

YAKIS: Ubah defenisi kesejahteraan, setidaknya sejahtera itu bukan tentang materi melainkan spiritual juga.  Hari ini, tikus-tikus hanya fokus di kesejahteraan material, memburu dengan seluruh jurus, bagai harus berjuang sampai titik darah penghabisan.  Akibatnya, mereka abaikan rasa haru dan rasa malu.  

TURPEPEL: Aduh, haru lagi, malu lagi.  Mengapa haru dan malu ditekankan di sini?

YAKIS: Kalau ada kesempatan untuk korupsi, tetapi tikus-tikus itu terharu saat hendak makan uang rakyat miskin, dia batal niat korupsi.  Kalau dia punya rasa malu, tentu akan membatalkan niat dan kesempatan.

TURPEPEL: Kalau penegakan hukum, bagimana?

YAKIS: Semua sama saja.  Hukum harus tegak.  Kalau tikus pergi menjadi penegak hukum, maka dia akan memakan tiang-tiang penegak hukum.

TURPEPEL: Ribet juga, ya?  Mengapa bisa begini?

YAKIS: Karena ini di republik tikus.  Tikus sedang berkuasa. 

TURPEPEL: Bandingkan Republik Tikus dengan Pulau Babi, mana yang masih lebih baik?

YAKIS: Lebih baik republik mimpi!


(Apin)

Batu Dua, 10 Desember 2021


@Redaksi JAWATIMURNEWS
Editor : Zahrudin-Haris-Athallah SND
Sumber : JTN MEDIA NETWORK

Comments

Not using Html Comment Box  yet?

No one has commented yet. Be the first!

rss
Previous Post Next Post

Contact Form

Lewat Rakernis, Humas Polri Dorong Transformasi Digital dan Peningkatan Kepercayaan Publik | Ketua KPI Pusat: Program Televisi Harus Hadirkan Citra Positif Polri Secara Akurat dan Edukatif | Guru Besar Undip Soroti Pentingnya Strategi Komunikasi Proaktif dalam Meningkatkan Citra Polri di Era Digital | CEO Talks FIA UI: Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo Bagikan Strategi Inovasi Pelayanan Publik yang Berkelanjutan | Merayakan 15 Tahun, Program Studi Film BINUS UNIVERSITY Gelar Roadshow Kreatif di Makassar | SOCFIN Bermitra dengan KOLTIVA untuk Tingkatkan Kepatuhan EUDR dan Dorong Praktik Rantai Pasok Berkelanjutan | Bimmer.ID Luncurkan "Bimmer Connected Audiences", Solusi Premium Push Notification Ads untuk Premium Brand | SMP 1 Tanjunganom Dapat juara Harapan."Lomba Jurnalis SMP MIO Nganjuk 2025" | PTPP Rayakan Hardiknas 2025 dengan “Bekal PPintar”, Dukung Gizi Anak Sekolah di Daerah 2025 | KAI Daop 8 Surabaya Raih Penghargaan Stand Terbaik Dalam Ajang Malang City Expo 2025 | mas tamvan