JAKARTA
JAWATIMURNEWS.COM - Kalau saya boleh memilih tawaran panitia tentang tema diskusi mencari Calon Presiden Cantik, maka saya lebih suka mencari Presiden yang Jantan, kata Eko Sriyanto Galgendu mengawali pemaparannya. Sebab menurut dia, Presoden yang jantan itu akan lebih bertanggung jawab. Maka itu, Presiden jantan itu harus disikapi oleh aktivis yang jantan juga. Tidak cuma melihat kesalah Presiden saja, tapi juga keunggulan dan kelebihan seorang presi den.
Jika harus mencari Presiden yang cantik maupun yang jantan, semua akan lebih baik bila mengacu pada ajaran Ki. Hajar Dewantoro, tandasnya. Karena ajaran Ki. Hajar Dewantara dapat dijadikan acuan.
Ing ngarso sung tulodo, sak madyo mangun karso, tut wuri handayani. Jadi Presiden itu harus memberi contoh yang baik. Konsisten. Kalau dalam konsepsi Islam harus amanah. Jadi Presiden pun harus begitu.
Demikian juga bila mengacu pada konsep Trisakti Bung Karno. Apakah sungguh kita sudah berdaulat dalam politik dan mandiri secara ekonomi serta berkepribadian dalam kebudayaan ?
Padahal, kata Eko Sriyanto Galgendu kemudian, budaya itu merupakan benteng pertahanan bangsa dan negara seperti dalam pemahaman Buddha.
Dalam konsepsi Gus Dur, ikhwal perpecahan bangsa dan negara kita, justru dominan bermula dari bilik agama. Akar masalahnya bangsa kita yang tidak pernah bisa dirumuskan untuk kemudian dapat ditemukan jalan keluarnya. Jadi itulah masalah sesungguhnya bangsa Indonesia. Maja itu GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) terus membangun gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual sebagai upaya untuk menjawab permasalahan bangsa dan negara Indonesia. "Harapan GMRI pada tahun 2024 sudah lahir pemimpin-pemimpin spiritual Indonesia yang handal dan bisa menjawab dan menyelamatkan bangsa dan negara Indonesia", kata Eko Sriyanto Galgendu dengan sangat keyakinan.
Sedangkan Dr. Hendrajid menilik soal pemimpin dan rakyat itu memang saling bertalian satu dengan yang lain. Jika pada jaman Orde Baru otoriter dan totaliter, maka sejak reformasi cuma sedikit bergeser dalam sistem politik Indonesia, namun pada dasarnya tetap sama, karena pengawasan dan pengekangan justru semakin ketat dan canggih dilakukan.
Sri Bintang Pamungkas justru menyarankan untuk mencari Presiden Indonesia tidak bisa menunggu sampai tahun 2024. Jika begitu, katanya sudah terlambat. Sebab sosok Presiden Indonesia sudah kita perlukan yang baru sekarang ini. "Jadi tidak bisa menunggu sampai tahun 2024" tandas Sri Bintang Pamungkas.
Pengalaman dari reformasi justru mengundang campur tangan asing semakin mencengkeram. Maka itu Presiden harus berasal dari rakyat dan hasil pilihan rakyat. "Untuk itu konsepnya sudah saya tulis dalam buku Trilogi Pasca Kejatuhan Jokowi", kata Sri Bintang Pamungkas memaparkan.
Kalau kita serius mau kembali ke UUD 1945, karena kita ingin agar Presiden asli dari rakyat Indonesia. Bukan Arab bukan juga China", tandasnya. Maka itu kita harus melakukan sistem
people fote dalam memilih calon Presiden yang sebelumnya diseleksi oleh DPR -- boleh saja jumkah calonnya nanti 1000 orang -- tapi kemudian bisa disekeksi lagi hingga sampai mengerucut pada satu orang yanv menjadi pilih final oleh DPR RI.
"Jadi Jokowi harus kita jatuhkan sekarang. Caranya saya sudah punya. Tapi tidak akan saya sampai sekarang. Nanti kita bicarakan tersendiri untuk mematangkan detailnya", kata Dosen UI ini tetap bersemangat di usia senjanya.
Bunda Wati Imhar, sebagai pembicara berikutnya, mengatakan jika kita harus menjatuhkan Presiden, artinya kita harus menduduki DPR RI. Tapi bisakah dipastikan sevelumnya sosok Presiden cantik yang mau kita cari itu sosoknya sudah ada atau belum ?
Karena masalah yang krusial kata Wati Imhar Burhanudin adalah
MCT (Mavia, Cukong dan Taifan), semua sudah menguasai seluruh aspek kehidupan kita, tandasnya.
Jadi dengan kata lain, semua calon Presiden sudah tersandera oleh MCT itu. Salah satu bentuk sandra yang dilakukan seperti kita rasakan sekarang. Rakyat terus dikejar-kejar agar vaksin. Padahal rakyat punya hak untuk menentukan pilihannya sendiri.
Dahlia Zen yang datang terlambat langsung berkata singkat. Kita sudah dibelenggu oleh berbagai masalah. Mulai dari pajak dan vaksin. Jadi bukan cuma hutang yang harus dibayar oleh anak cucu kita kelak. "Maka itu yang kita perlukan sekarang bukan cuma mencari calon Presiden cantik. Tapi kita perlu segera menyelesaikan masalah bangsa dan negara. Jadi kalau tak selesai-selesai juga kita lakukan, kita bisa saweran seribu rupiah saja dari setiap orang, lalu buat bom. Hanya dengan cara begitu semua masalah bisa selesai, kata Dahlia Zen seraya menambahkan, bahwa untuk memperbaiki Indonesia, kita kayaknya seperti harus menunggu sampai Indonesia benar-benar rusak, ujarnya, ketika disela oleh Abdul dari TV One.
Pada sessi tanya jawab, Eko Sriyanto Galgendu menandaskan, jika pada masa dahulu ada yang namanya penyambung lidah rakyat, maka sekarang pada era kebangkitan dan kesadaran serta pemahaman spiritual yang kita perlukan adalah penyambung jiwa rakyat.
Sedangkan Hendrajit melihat China yang sudah lebih unggul dari Barat, karena China tetap berjiwa sosialisme namun tetap teguh berwatak China. Begitulah kepribadian yang dibangun dalam budaya China. Jadi strategi kebudayaan China jelas berdiri dalam empat pilar yang berpijak pada kearifan lokal yang seharusnya memang diimplementasikan oleh bangsa Indonesia yang kuat dan kukuh dalam tatanan masyarakat petani. Sejarah masa silam suku bangsa nusantara berjaya jelas oleh hasil bumi seperti pala, kopi, cengkih, lada dan aneka ragam hasil bumi maupun hasil alam negeri kita.
Jadi penahaman terhadap konsepsi
Satrio Piningit itu, harus dilahami dalam proses munculnya sosok pemimpin secara alami dan memiliki kemampuan untuk melihat lebih banyak dari dimensi yang lain. Sehingga dalam kemampuan untuk tahu diri, sadar diri dan memiliki harga diri yang kuat jadi menyatu dalam laku spiritual seperti yang dimaksud Mas Eko, kafa Hendrajit. Karena memang menurut dia, pemimpin dan rakyat sangat bertalian antara yang satu dengan yang lain. Seperti pada Orde Baru yang otoriter dan totaliter, maka sejak reformasi cuma sedikit yang bwrubah -- meski tetap sama saja essensinya --tetap tidak berubah. Adapun penyebabnya karena sistem politik Indonesia pada dasarnya uuga sama, oligarki juga.
Fifi yang ikut nimbrung dalam diskusi menyatakan sepakat dengan gagasan Mas bahwa tahun 2022 sudah harus ada Presiden cantik yang mengganti Presiden sekarang. ***
Jacob Ereste ,Jakarta, 3 Januari 3022
Sumber : Jtn Media Network
(Abra)
Sumber : JTN Media Network

Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.