SETAPAK (Sejarah Kota Pariwisata Kuliner)
Mie Aceh
Sejarah Singkat Mie Aceh
Keberadaan kuliner khas serambi Mekah ini tidak lepas dari pengaruh budaya asing. Saat itu, pelabuhan Kerajaan Aceh merupakan salah satu pelabuhan tersibuk yang banyak disinggahi para pedagang asing
Penyajian Mie Aceh yang menggunakan daging kambing dan sapi, tidak lepas dari pengaruh nilai-nilai Islam di tanah Aceh. Sedangkan penambahan aneka hewan laut atau seafood di dalam Mie Aceh dipengaruhi terletak geografis Aceh yang dikelilingi oleh lautan. Perpaduan budaya-budaya ini akhirnya melahirkan Mie Aceh sebagai kuliner khas ibu kota Banda Aceh.
Rumah makan Mie Razali lah yang disebut-sebut sebagai pelopor mie Aceh yang melegenda hingga saat ini. Dilansir dari buku "Sejarah Makanan dan Bumbu Khas Aceh yang Melegenda" karya Analisa Tempo (2019) menyebutkan, Mie Razali sudah berjualan sejak tahun 1967.
Meskipun tidak menggunakan nama ‘mie Aceh’, hidangan mie racikan Razali dikenal masyarakat sebagai pelopor kuliner mie Aceh yang masih bertahan hingga saat ini. Perpaduan kuliner mie Tiongkok dengan bumbu rempah khas Aceh menjadi menu primadona di tempat ini.
Mie yang dipakai sebagai bahan utama adalah mie hokkian atau mie lidi yang bentuknya seperti silinder kecil, layaknya spaghetti. Mie Razali disajikan dengan daging, udang, cumi, ayam, atau kepiting.
Mie kepiting tentu menjadi menu favorit para pelanggannya. Kuah yang menjadi ciri khas mie Aceh kemerahan mengilap sedikit kecokelatan menggenang. Tersohornya tempat makan ini sebagai pelopor mie Aceh, membuat tempat ini ramai diserbu pengunjung dari berbagai daerah.
Kuliner mie Aceh sendiri semakin dikenal luas seiring dengan perkembangan jalur perdagangan dunia saat itu. Para pedagang membawa mie Aceh ke tanah jawa bahkan hingga semenanjung Malaysia. Mie Aceh sendiri kini menjadi kuliner yang dapat ditemukan dimana saja, khususnya rumah makan Melayu atau Aceh.
Sumber : JTN Media Network
JTN SUPORT BANK BRI An : PT.JATIM INTIPERKASA GLOBAL MEDIA, No. REK : 006501044064531